TUGAS KELOMPOK
MATA KULIAH STRATEGI BELAJAR
MENGAJAR
“KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR QUR’AN-HADITS”
Disusun Oleh Kelompok 9 :
·
Ali
Muslim (0946821)
·
Heru
Setiawan (0947531)
·
Indah
Yuli Astuti (0947611)
·
M.Sobrur
Rohim (0947801)
Kelas/ Semester :
C/ V (lima)
Prodi/Jurusan : PAI/Tarbiyah
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) JURAI SIWO
METRO
|
KATA PENGANTAR
Assalamu’alikum
wr. Wb
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena dengan rahmat dan
karuniaNya penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah kelompok ini dengan baik.
Shalawat dan salam tidak lupa penyusun sampaikan kepada Junjungan kita Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.
Dengan selesainya tugas makalah kelompok ini, penyusun menyampaikan rasa
terima kasih kepada Bapak Drs. Basyuni Th. Kahuripan, M.Ag selaku dosen Mata
Kuliah Strategi Belajar Mengajar yang telah membimbing dan mengarahkan penyusun
dalam penyusunan makalah yang diajukan untuk tugas kelompok mata kuliah ini.
Penyusun berharap agar makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat dan
membantu dalam proses pembelajaran. Serta, diharapkan para pembaca dapat
memberikan kritik dan saran yang positif untuk kesempurnaan makalah berikutnya.
Wassalamu’alaikum.Wr.Wb
Metro, Desember 2011
Kelompok 9
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................. i
|
DAFTAR
ISI.............................................................................................. iii
BAB
I PENDAHULUAN......................................................................... 1
BAB
II PEMBAHASAN.......................................................................... 2
- Pendekatan, Prinsip Kegiatan Pembelajaran, dan
Prinsip Motivasi Belajar...................................................... 2
- Penyediaan Pengalaman Belajar......................................... 9
- Pencapaian Kompetensi...................................................... 9
- Pengelolaan Kegiatan Pembelajaran................................... 11
- Pengelolaan Sumber belajar................................................ 14
- Strategi Pembelajaran......................................................... 15
BAB
III KESIMPULAN........................................................................... 17
DAFTAR
PUSTAKA
|
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam struktur Kurikulum Berbasis Kompetensis (KBK), kegiatan
pembelajaran (KP) termasuk salah satu komponen yang harus ada, selain kurikulum
dan hasil belajar, penilaian berbasis kelas, dan pengelolaan kurikulum berbasis
madarasah. KP memuat gagasan-gagasan pokok pegangan untuk mencapai kompetensi
yang ditetapkan serta gagasan-gagasan pedagogis dan andragogis untuk mengelola
pembelajaran agar tidak berjalan secara mekanistik. Dengan demikian, setiap
proses pembelajaran dalam KBK harus mengacu dan memepertimbangkan
gagasan-gagasan yang terdapat dalam KP ini.
Secara umum, makalah ini memuat prinsip-prinsip pokok dalam KP,
prinsip-prinsip dalam memotivasi belajar, pengalaman belajar lintas kurikulum,
pengelolaan kegiatan pembelajaran, strategi pembelajaran, penyediaan pengalaman
belajar, sumber belajar, dan peran guru. Tugas pendidik adalah membantu
berkembangnya potensi yang dimiliki siswa semaksimal mungkin menuju aktualisasi
diri. Selain itu, makalah ini juga memberikan contoh-contoh penerapan dan
prinsip-prinsip tersebut dalam mata pelajaran fiqh di Madarasah. Karena contoh
yang disampaikan masih bersifat global, maka diharapkan para guru mengembangkan
sendiri secara lebih rinci dalam proses pembelajarannya di Madarasah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pendekatan, Prinsip Kegiatan
Pembelajaran, dan Prinsip Motivasi Belajar
Dalam kegiatan pembelajaran mata pelajaran
Qur’an-Hadits ada enam pendekatan yang digunakan:
Pertama,
pendekatan rasional. Yaitu suatu pendekatan dalam proses pembelajaran yang
lebih menekankan kepada aspek penalaran. Pendekatan ini dapat berbentuk proses
berfikir induktif yang dimulai dengan memperkenalkan fakta-fakta, konsep,
informasi, atau contoh-contoh dan kemudian ditarik suatu generalisasi
(kesimpulan) yang bersifat meyeluruh atau proses berfikir deduktif yang dimulai
dari kesimpulan umum dan kemudian dijelaskan secara rinci melalui contoh-contoh
dan bagian-bagiannya.
Kedua, pendekatan
emosional, yakni upaya menggugah perasaan siswa dalam menghayati prilaku yang
sesuai dengan ajaran agama dan budaya bangsa.
Ketiga, pendekatan
pengalaman, yakni memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempraktekkan dan
merasakan hasil-hasil pengalaman ibadah dalam menghadapi tugas-tugas dan
masalah dalam kehidupan.
Keempat, pendekatan
pembiasaan, yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk bersikap dan
berprilaku sesuai dengan ajaran Islam dan budaya bangsa dalam menghadapi
persoalan kehidupan.
Kelima, pendekatan
fungsional, yaitu menyajikan materi pokok dari segi manfaatnya bagi siswa dalam
kehidupan sehari-hari dalam arti luas.
Keenam, pendekatan
keteladanan, yaitu menjadikan figure guru (pendidik), petugas sekolah lainnya,
orang tua serta anggota masyarakat sebagai cermin bagi siswa.
Sementara itu, dalam KP ada prinsip-prinsip yang harus
diperhatikan oleh guru sebelum melakukan proses pembelajaran, yaitu:
a) Berpusat Pada Siswa
Siswa dipandang sebagai makhluk Tuhan fitrah yang
dimiliki, sebagai makhlum individu social yang hidup dalam konteks realitas
masyarakat yang majemuk. Karena itu, setiap siswa memiliki perbedaan minat (interest), kemampuan (ability), kesenangan (preference), pengalamam (experience), dan cara belajar (learning style). Siswa tertentu mungkin
lebih mudah belajar dengan cara mendengar dan membaca, siswa lain dengan cara
melihat, dan siswa yang lain lagi dengan cara melakukan langsung (learning by doing). Oleh karena itu,
kegiatan pembelajaran, organisasi kelas, materi pembelajaran, waktu belajar,
alat belajar, dan cara penilaian perlu disesuaikan dengan karakteristik siswa.
KP perlu menempatkan mereka sebagai subyek belajar dan mendorong sisiwa untuk
mengembangkan segenap bakat dan potensinya secara optimal.
Secara umum, cara belajar siswa dapat dikategorikan ke
dalam empat hal, yakni cara belajar somatic,
auditif, visual, dan intelektual.
Cara belajar somatic adalah pola pembelajaran yang lebih menekankan pada aspek
gerak tubuh atau belajar dengan melakukan. Cara belajar auditif adalah cara
belajar yang lebih menekankan pada aspek pendengaran. Siswa akan cepat belajar
jika materi disampaikan dengan ceramah atau alat yang dapat didengar. Cara
belajar visual adalah cara belajar yang lebih menangkap materi pelajaran jika
disampaikan dengan tulisan atau melalui gambar. Akhirnya, cara belajar
intelektual adalah cara belajar yang lebih menekankan pada aspek penelaran atau
logika. Siswa akan cepat menangkap materi jika pembelajaran dirancang dengan
menekankan pada aspek mencari solusi pemecahan.
b) Belajar Dengan Melakukan
Melakukan aktifitas adalah bentuk pernyataan siswa.
Pada hakikatnya siswa belajar diberi kesempatan untuk melakukan kegiatan nyata
yang melibatkan dirinya, terutama untuk mencari dan menemukan sendiri. Siswa
akan memperoleh harga diri dan kegembiraan kalau diberi kesempatan menyalurkan
kemampuan dan melihat hasil kerjanya. Belajar dengan melakukan perlu ditekankan
karena setiap siswa hanya belajar 10% dari yang dibaca, 20% dari yang didengar,
30% dari yang dilihat, 50% dari yang dilihat dan didengar, 70% dari yang
dikatakan, dan 90% dari yang dikatakan dan dilakukan.
Dalam pembelajaran Fiqh, mengajarkan shalat dengan
praktek lebih efektif dan berkesan bagi siswa dari pada dengan mengharuskan
siswa untuk menghafal kaifiyah shalat.
c) Mengembangkan Kemampuan Sosial
Kegiatan pembelajaran tidak hanya
mengoptimalkankemampuan individual siswa secara internal, melainkan juga
mengasah kemampuan untuk membangun hubungan dengan pihak lain. Karena itu,
kegiatan pembelajaran harus dikondisikan yang memungkinkan siswa melakukan
interaksi dengan siswa lain seperti siswa dengan guru, dan siswa dengan
masyarakat. Dengan pemehaman ini, guru dapat menerapkan berbagai strategi
pembelajaran yang memungkinkan siswa terlibat dengan pihak lain, misalnya
diskusi, pro-kontra, sosiodrama, dan sebagainya. Sebagai contoh, dalam
pembelajaran fiqih siswa dapat diberi tugas untuk melakukan abservasi dan
membuat laporan tentang pelaksanaan ibadah zakat, baik zakat fitrah maupun
zakat mal, di masyarakat. Hasil pengamatan dan laporan itu kemudian dipersentasikan
di kelas untuk dibahas bersama.
d) Mengembangkan Keingintahuan, Imajinasi, Dan
Fitrah Bertuhan
Rasulullah saw bersabda bahwa setiap orang lahir dalam
keadaan fitrah, orang tuanyalah yang menjadikan ia berubah menjadi Yahudi,
Nasrani, atau Majusi. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran hendaknya
diarahkan pada pengasahan rasa dalam beragama sesuai dengan tingkatan usia
siswa. Bagi siswa tingkat MI tentu berbeda dengan tingkat MTs atau MA.
Pengembangan aspek ini akan lebih efektif juka langsung dipraktekkan, tidak
sekedar secara kognitif saja.
e) Mengembangkan Keterampilan Pemecahan
Masalah
Tolak ukur kepandaian siswa banyak ditentukan oleh
kemampuannya untuk memecahkan masalah. Karena itu, dalam proses pembelajaran
perlu diciptakan situasi menantang kepada pemecahan masalah agar siswa peka
terhadap masalah. Kepekaan terhadap masalah dapat ditumbuhkan jika siswa
dihadapkan pada situasi yang memerlukan pemecahannya.
Dalam pembelajaran fiqh, siswa dapat diterjunkan
langsung di masyarakat unutk melkukan pengamatan tentang pelaksanaan ibadah
shalat, zakat, atau haji.
f) Mengembangkan Kreatifitas Siswa
Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa setiap siswa
lahir dalam keadaan berbeda dan masing-masing mempunyai potensi yang dapat
dikembangkan. Karena itu, KP diciptakan sedemikian rupa sehingga membuat setiap
siswa optimal potensinya. Karena itu, dalam KP harus dikondisikan agar siswa
mempunyai kesempatan dan kebebasan dalam mengambangkan diri sesuai dengan
kecenderungan masing-masing. Guru hendaknya berupaya memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya sebanyak mungkin. Sebagai contoh,
dalam hal pelaksanaan haji, siswa diminta membuat urut-urutan pelaksanaan
ibadah haji mulai dari keberangkatan dari tahan air Indonesia sampai pulang
dari tanah suci dengan menggunakan gambar.
g) Mengembangkan Kemampuan Menggunakan Ilmu
Dan Teknologi
Agar siswa tidak gagap terhadap perkembangan Ilmu dan
teknologi guru hendaknya mengaitkan materi yang disampaikan dengan kemajuan
ilmu dan teknologi. Hal ini dapat diciptakan dengan pemberian tugas yang
mengharuskan siswa berhubungan langsung dengan teknologi, misalnya membuat
laporan tentang materi tertentu dari televise, radio, atau internet. Dlam
pembelajaran fiqh, siswa dapat diminta mencari data tentang perbankkan syari’ah
di internet atau membuat ringkasan tentang kuliah subug di televise yang ada
kaitannya dengan puasa, dan sebagainya.
h) Menumbuhkan Kesadaran Sebagai Warga Negara
Yang Baik
Sebagai warga negara Indonesia, KP perlu diciptakan
yang dapat mengsah jiwa nasionalisme, tanpa harus menuju semangat kauvinisme.
Untuk itu, guru harus membuat banyak contoh yang terkait dengan budaya atau
konteks indonesia. Sebagai contoh, siswa diminta membaca tentang UU perkawinan
mengenai kewajiban suami istri dan membuat laporan.
i)
Belajar
Sepanjang Hayat
Dalam islam, menuntut ilmu diwajibkan bagi setiap
orang mulai dari tiang ayunan hingga liang lahat. Manusia pembelajar dalam
islam tidak dibatasi oleh usia kronologis tertentu atau sebatas pada jenjang
pendidikan formal, namun juga secara informal. Dimanapun berada, setiap orang
islam harus dalam semangat mencari ilmu. Untuk itu, guru hendaknya mendorong
siswa untuk terus mencari ilmu dimanapun berada, tidak hanya di bangku
madarasah saja tapi juga di masyarakat dan keluarga.
j) Perpaduan Kompetisi, Kerjasama, Dan
Solidaritas
Sisiwa perlu konpetisi, kerjasama, dan mengembangkan
solidaritasnya. KP perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
semangat konpetisi sehat, bekerjasama dan solidaritas. Untuk menciptakan
suasana kompetisi, kerjasama, dan solidaritas kegiatan pembelajaran dapat
dirancang dengan strategi diskusi, kunjungan ke tempat-tempat anak jalanan,
yatim piatu, atau pembuatan laporan secara berkelompok.
Selain prinsip-prinsip KP, guru juga perlu
memperhatikan prinsip-prinsip dalam motivasi. Sementara itu motivasi
ekstrinsik, antara lain, dapat dikembangkan dengan memberikan ganjaran atau
hukuman. Adapun prinsip-prinsip dalam motivasi adalah:
1)
Kebermaknaan
2)
Pengetahuan dan keterampilan prasyarat
3)
Model
4)
Komunikasi terbuka
5)
Keaslian dan tugas yang menantang
6)
Latihan yang tepat dan aktif
8)
Kondisi dan keonsekuensi yang menyanangkan
9)
Keragaman pendekatan
10) Mengembangkan
beragam kemampuan
11) Melibatkan
sebanyak mungkin Indera
12) Keseimbangan
pengaturan pengalaman belajar
B.
Penyediaan Pengalaman Belajar
Sebagaimana telah dijelaskan pada prinsip KP, bahwa
proses pembelajaran akan berjalan lebih efektif ketika siswa diberi kesempatan
untuk mempraktekkan meteri yang telah diterimanya. Belajar dengan melakukan
lebih efektif daripada dengan mendengar atau melihat. Untuk itu, guru hendaknya
lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar dengan melakukan.
C.
Pencapaian Kompetensi
Untuk mendukung pencapaian kompetensi yang ditetapkan,
diperlukan dukungan dari berbagai pihak yang berkepentingan dalam pendidikan di
madarasah, baik pengelola madarasah, orang tua siswa, tokoh masyarakat, siswa
dan terutama guru. Dalam hal ini guru menjadi penentu dalam mencapai
keberhasilan pembelajaran, sebab ia dituntut untuk melakukan kreasi agar
tercipta suasana belajar yang efektif. Untuk itu, diperlukan tenaga guru yang
professional dan mempunyai komitmen tinggi dalam bidang pendidikan di
madarasah.
Dengan kata lain, dibutuhkan guru yang professional,
dengan cirri-ciri sebagai berikut:
a.
Selalu membuat perencanaan konkrit dan detail yang siap
untuk dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.
b.
Berkehendak mengubah pola pikir lama menjadi pola pikir
baru.
c.
Bersikap kritis dan berani menolak kehendak yang kurang
edukatif.
d.
Berkehendak mengubah pola tindakan dalam menetakan
peran siswa, peran guru, dan gaya mengajar.
e.
Berani meyakinkan kepala sekolah, orang tua, dan
masyarakat agar dapat berpihak pada mereka terhadap beberapa inovasi pendidikan
yang edukatif yang cenderung sulit diterima oleh awam dengan menggunakan
argument yang logis dan kritis.
f.
Bersikap kreatif dalam membangun dan menghasilkan karya
pendidikan seperti pembuatan alat bantu belajar, analisis materi pembelajaran,
penyusunan alat penilaian yang beragam, perancangan beragam organisasi kelas,
dan perancangan kebutuhan kegiatan pembelajaran lainnya.
D.
Pengelolaan Kegiatan Pembelajaran
a. Pengelolaan Siswa dan Kelas
Siswa dalam satu kelas biasanya memiliki kemampuan
yang beragam, ada yang pandai, sedang, dan kurang. Selain itu, kursi dan meja
siswa dan guru juga perlu ditata sedemikian rupa sehingga dapat menunjang
kegiatan belajar mengajar yang dapat mengaktifkan siswa, takni memungkinkan
hal-hal sebagai berikut:
Aksesibilitas : siswa mudah menjangkau alat atau sumber
belajar yang tersedia.
Mobilitas :
siswa dan guru mudah bergerak dari satu bagian ke bagian lain dalam kelas.
Interaksi :
memudahkan terjadi interaksi antara guru dan siswa maupun antar siswa.
Variasi kerja siswa: memungkinkan siswa bekerjasama
secara perorangan, berpasangan, atau kelompok.
Lingkungan fisik
dalam ruang kelas dapat menjadikan belajar aktif. Tidak ada satupun bentuk
ruang kelas yang ideal, namun ada beberapa pillihan yang dapat diambil sebagai
variasi. Dekorasi interior kelas perlu dirancang yang memungkinkan siswa
belajar secara aktif, yakni yang menyenangkan dan menantang.
Formasi kelas ini tidak dimaksudkan untuk menjadi
susunan yang permanen, namun hanya sebagai alternative dalam penetaan ruang
kelas. Jika meubeler (meja atau kursi) yang ada di ruang kelas dapat dengan
mudah dipindah-pindah, maka sangat mungkin menggunakan beberapa formasi ini
sesuai dengan yang diinginkan:
1)
Formasi Huruf U: Formasi ini dapat digunakan untuk
berbagai tujuan. Para siswa dapat melihat guru dan atau melihat media visual
dengan mudah dan mereka dapat saling berhadapan langsung satu sama dengan yang
lain.
2)
Formasi Corak Tim: Guru mengelompokkan meja-meja
setengah lingkaran di ruang kelas agar memungkinkan siswa untuk melakukan
interaksi tim. Guru dapat meletakkan kursi-kursi mengelilingi meja-meja untuk
susunan yang paling akrab.
3)
Meja Konferensi: Formasi ini paling baik dilakukan jika
meja berbentuk persegi panjang. Susunan ini dapat mengurangi peran dominan guru
dan lebih mengutamakan peran penting siswa.
4)
Lingkaran: para siswa hanya duduk pada sebuah lingkaran
tanpa meja atau kursi untuk melakukan interaksi berhadap-hadapan secara
langsung. Sebuah lingkaran ideal untuk diskusi kelompok penuh.
5)
Kelompok untuk Kelompok: susunan ini memungkinkan guru
untuk melakukan diskusi atau untukmenyusun permainan peran, berdebat atau
observasi dari aktifitas kelompok.
6)
Tempat Kerja: Susunan ini tepat untuk lingkaran tipe
laboratorium, dimana setiap siswa duduk pada tempat untuk mengerjakan tugas
tepat setelah didemonstrasikan.
7)
Pengelompokkan Terpisah: Jika kelas cukup besar atau
jika ruangan memungkinkan, guru dapat meletakkan meja-meja dan kursi dimana
kelompok kecil dapat melakukan aktifitas belajar didasarkan pada tim. Guru
dapat menempatkan susunan pecahan-pecahan kelompok saling berjauhan sehingga
tim-tim itu tidak saling mengganggu.
8)
Susunan Chevron: Sebuah susunan ruang kelas tradisional
tidak memungkinkan untuk melakukan belajar aktif. Jika terdapat banyak siswa
dan hanya tersedia beberapa meja, barangkali guru perlu menyusun siswa dalam
bentuk ruang kelas.
9)
Kelas Tradisional: Jika tidak ada cara untuk membuat
lingkaran dari baris lurus yang berupa meja dan kursi, guru dapat mencoba
mengelompokkan kursi-kursi dalam pasangan-pasangan untuk memungkinkan
penggunaan teman belajar.
10) Auditorium:
Formasi auditorium merupakan tawaran alternative dalam menyusun ruang kelas.
Meskipun bentuk auditorium menyediakan lingkungan yang sangat terbatas untuk
belajar aktif, namun hal ini dapat dicoba untuk dilakukan guru guna mengurangi
kebosanan siswa yang terbiasa dalam penataan ruang secara konvensional
(tradisional)
b. Persiapan Materi dan Rancangan Pembelajaran
Kegiatan belajar siswa perlu diciptakan yang
memungkinkan siswa dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Kegiatan
pembelajaran untuk siswa berkemampuan sedang tentu berbeda dengan siswa pandai.
Untuk itu, penggunaan variasi strategi pembelajaran sangat ditekankan agar
perbedaan kecenderungan yang ada pada siswa dapat diakomodir. Selain itu,
kegiatan pembelajaran metinya dirancang tidak hanya berlangsung di ruang kelas,
namun juga dapat dilakukan diluar kelas. Untuk itu, mereka perlu diberi
kesempatan mengembangkan materi melalui penugasan atau modul. Sebaliknya, bagi
siswa yang berkemampuan di bawah rata-rata perlu ada perlakuan khusus agar
tidak ketinggalan dengan siswa yang lain.
E.
Pengelolaan Sumber Belajar
Sumber belajar adalah semua sumber yang dapat dipakai
oleh siswa, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan siswa lain, untuk
memudahkan belajar. Kegiatan pembelajaran akan berjalan lebih optimal jika guru
memanfaatkan sumber belajar yang tersedia disekitar madrasah, baik sumber
belajar yang dirancang khusus untuk kegiatan pembelajaran (by-design
learning resources) maupun sumber belajar yang tersedia secara alami dan
tinggal memanfaatkan (by-utilization learning resources). Pengelompokan sumber
belajar antara lain, dapat dilihat berikut ini:
a)
Lingkungan Alam
b)
Perpustakaan
c)
Media Cetak
d)
Nara sumber
e)
Karya siswa
f)
Media elektronik
g)
Mencari dan mnganalisis relevansi antara kelompok
sumber belajar dengan mata pelajaran yang diampu guru.
h)
Menentukan materi dan kompetensi untuk pembelajaran
i)
Pemanfaatan sumber-sumber belajar dalam pembelajaran
F.
Strategi Pembelajaran
Mengingat belajar adalah proses bagi siswa dalam
membangun gagasan atau pemahaman sendiri, maka kegiatan pembelajaran hendaknya
memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan hal itu secara lancar dan
termotivasi. Suasana belajar yang diciptakan guru harus melibatkan siswa secara
aktif, misalnya mengamati, bertanya dan memepertanyakan, menjelaskan, dan
sebagainya. Belajar aktif tidak dapat terjadi tanpa adanya partsipasi siswa.
Terdapat berbagai cara untuk membantu proses pembelajaran yang melibatkan
keaktifan siswa dan mengasah ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Strategi berikut ini adalah di antara cara yang dapat
digunakan oleh guru untuk dapat mengaktifkan siswa:
a.
Strategi Pembelajaran untuk mengaktifkan kelompok
Proses belajar akan lebih efektif jika guru
mengondisikan agar setiap siswa terlibat secara aktif dan terjadi siswa satu
dengan siswa yang lain.
Berikut ini, beberapa strategi pembelajaran dapat
digunakan guru untuk mengktifkan siswa secara kolektif:
(1)
Tim Pendengar (listening team)
(2)
Membuat catatan Terbimbing (guided note taking)
(3)
Pelajaran Terbimbing
(4)
Perdebatan Aktif (active debate)
(5)
Strategi Poin-Kounterpoin
(6)
Strategi menggabung dua kekuatan
(7)
Pertanyaan Kelompok (team quiz)
b.
Strategi Pembelajaran untuk mengaktifkan individu
Dalam mengaktifkan individu, antara lain:
(1)
Strategi membaca dengan keras (reading aloud)
(2)
Setiap Orang adalah Guru (everyone is a teacher here)
(3)
Menulis pengalaman secara langsung
BAB III
KESIMPULAN
Dalam kegiatan belajar mengajar Qur’an-Hadits pengelolaan kurikulum
memuat gagasan-gagasan pokok tentang pembelajaran dan pengajaran yang di
jadikan sebagai pegangan untuk mencapai kompetensi yang di tetapkan sehingga
memuat prinsip-prinsip pokok.
Prinsip dalam motivasi belajar pengalaman belajar tersebut dan membantu
guru mempertimbangkan paradikma baru pembelajaran yang lebih menghargai potensi
kemanusiaan siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Agus
Pahrudin, Strategi Belajar Mengajar
Pendidikan Agama Islam di Madarasah: pendekatan teoritis dan praktis, Fakta
Press fakultas Tarbiyah, 2006.