Jumat, 28 Desember 2012

KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR QUR’AN-HADITS



TUGAS KELOMPOK
MATA KULIAH STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

“KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR QUR’AN-HADITS”

Disusun Oleh Kelompok 9    :
·         Ali Muslim                                   (0946821)
·         Heru Setiawan                             (0947531)
·         Indah Yuli Astuti                        (0947611)
·         M.Sobrur Rohim                         (0947801)

Kelas/ Semester                     : C/ V (lima)
Prodi/Jurusan                        : PAI/Tarbiyah



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) JURAI SIWO METRO

TA. 2011

KATA PENGANTAR




Assalamu’alikum wr. Wb

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena dengan rahmat dan karuniaNya penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah kelompok ini dengan baik. Shalawat dan salam tidak lupa penyusun sampaikan kepada Junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.
Dengan selesainya tugas makalah kelompok ini, penyusun menyampaikan rasa terima kasih kepada Bapak Drs. Basyuni Th. Kahuripan, M.Ag selaku dosen Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar yang telah membimbing dan mengarahkan penyusun dalam penyusunan makalah yang diajukan untuk tugas kelompok mata kuliah ini.
Penyusun berharap agar makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat dan membantu dalam proses pembelajaran. Serta, diharapkan para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang positif untuk kesempurnaan makalah berikutnya.

Wassalamu’alaikum.Wr.Wb


Metro,    Desember 2011


Kelompok 9





DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................. i

KATA PENGANTAR............................................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................... 2
    1. Pendekatan, Prinsip Kegiatan Pembelajaran, dan
Prinsip Motivasi Belajar...................................................... 2
    1. Penyediaan Pengalaman Belajar......................................... 9
    2. Pencapaian Kompetensi...................................................... 9
    3. Pengelolaan Kegiatan Pembelajaran................................... 11
    4. Pengelolaan Sumber belajar................................................ 14
    5. Strategi Pembelajaran......................................................... 15

BAB III KESIMPULAN........................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA

 

 
BAB I
PENDAHULUAN


Dalam struktur Kurikulum Berbasis Kompetensis (KBK), kegiatan pembelajaran (KP) termasuk salah satu komponen yang harus ada, selain kurikulum dan hasil belajar, penilaian berbasis kelas, dan pengelolaan kurikulum berbasis madarasah. KP memuat gagasan-gagasan pokok pegangan untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan serta gagasan-gagasan pedagogis dan andragogis untuk mengelola pembelajaran agar tidak berjalan secara mekanistik. Dengan demikian, setiap proses pembelajaran dalam KBK harus mengacu dan memepertimbangkan gagasan-gagasan yang terdapat dalam KP ini.
Secara umum, makalah ini memuat prinsip-prinsip pokok dalam KP, prinsip-prinsip dalam memotivasi belajar, pengalaman belajar lintas kurikulum, pengelolaan kegiatan pembelajaran, strategi pembelajaran, penyediaan pengalaman belajar, sumber belajar, dan peran guru. Tugas pendidik adalah membantu berkembangnya potensi yang dimiliki siswa semaksimal mungkin menuju aktualisasi diri. Selain itu, makalah ini juga memberikan contoh-contoh penerapan dan prinsip-prinsip tersebut dalam mata pelajaran fiqh di Madarasah. Karena contoh yang disampaikan masih bersifat global, maka diharapkan para guru mengembangkan sendiri secara lebih rinci dalam proses pembelajarannya di Madarasah.




BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pendekatan, Prinsip Kegiatan Pembelajaran, dan Prinsip Motivasi Belajar
Dalam kegiatan pembelajaran mata pelajaran Qur’an-Hadits ada enam pendekatan yang digunakan:
Pertama, pendekatan rasional. Yaitu suatu pendekatan dalam proses pembelajaran yang lebih menekankan kepada aspek penalaran. Pendekatan ini dapat berbentuk proses berfikir induktif yang dimulai dengan memperkenalkan fakta-fakta, konsep, informasi, atau contoh-contoh dan kemudian ditarik suatu generalisasi (kesimpulan) yang bersifat meyeluruh atau proses berfikir deduktif yang dimulai dari kesimpulan umum dan kemudian dijelaskan secara rinci melalui contoh-contoh dan bagian-bagiannya.
Kedua, pendekatan emosional, yakni upaya menggugah perasaan siswa dalam menghayati prilaku yang sesuai dengan ajaran agama dan budaya bangsa.
Ketiga, pendekatan pengalaman, yakni memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempraktekkan dan merasakan hasil-hasil pengalaman ibadah dalam menghadapi tugas-tugas dan masalah dalam kehidupan.
Keempat, pendekatan pembiasaan, yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk bersikap dan berprilaku sesuai dengan ajaran Islam dan budaya bangsa dalam menghadapi persoalan kehidupan.
Kelima, pendekatan fungsional, yaitu menyajikan materi pokok dari segi manfaatnya bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas.
Keenam, pendekatan keteladanan, yaitu menjadikan figure guru (pendidik), petugas sekolah lainnya, orang tua serta anggota masyarakat sebagai cermin bagi siswa.
Sementara itu, dalam KP ada prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru sebelum melakukan proses pembelajaran, yaitu:
a)      Berpusat Pada Siswa
Siswa dipandang sebagai makhluk Tuhan fitrah yang dimiliki, sebagai makhlum individu social yang hidup dalam konteks realitas masyarakat yang majemuk. Karena itu, setiap siswa memiliki perbedaan minat (interest), kemampuan (ability), kesenangan (preference), pengalamam (experience), dan cara belajar (learning style). Siswa tertentu mungkin lebih mudah belajar dengan cara mendengar dan membaca, siswa lain dengan cara melihat, dan siswa yang lain lagi dengan cara melakukan langsung (learning by doing). Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran, organisasi kelas, materi pembelajaran, waktu belajar, alat belajar, dan cara penilaian perlu disesuaikan dengan karakteristik siswa. KP perlu menempatkan mereka sebagai subyek belajar dan mendorong sisiwa untuk mengembangkan segenap bakat dan potensinya secara optimal.
Secara umum, cara belajar siswa dapat dikategorikan ke dalam empat hal, yakni cara belajar somatic, auditif, visual, dan intelektual. Cara belajar somatic adalah pola pembelajaran yang lebih menekankan pada aspek gerak tubuh atau belajar dengan melakukan. Cara belajar auditif adalah cara belajar yang lebih menekankan pada aspek pendengaran. Siswa akan cepat belajar jika materi disampaikan dengan ceramah atau alat yang dapat didengar. Cara belajar visual adalah cara belajar yang lebih menangkap materi pelajaran jika disampaikan dengan tulisan atau melalui gambar. Akhirnya, cara belajar intelektual adalah cara belajar yang lebih menekankan pada aspek penelaran atau logika. Siswa akan cepat menangkap materi jika pembelajaran dirancang dengan menekankan pada aspek mencari solusi pemecahan.
b)     Belajar Dengan Melakukan
Melakukan aktifitas adalah bentuk pernyataan siswa. Pada hakikatnya siswa belajar diberi kesempatan untuk melakukan kegiatan nyata yang melibatkan dirinya, terutama untuk mencari dan menemukan sendiri. Siswa akan memperoleh harga diri dan kegembiraan kalau diberi kesempatan menyalurkan kemampuan dan melihat hasil kerjanya. Belajar dengan melakukan perlu ditekankan karena setiap siswa hanya belajar 10% dari yang dibaca, 20% dari yang didengar, 30% dari yang dilihat, 50% dari yang dilihat dan didengar, 70% dari yang dikatakan, dan 90% dari yang dikatakan dan dilakukan.
Dalam pembelajaran Fiqh, mengajarkan shalat dengan praktek lebih efektif dan berkesan bagi siswa dari pada dengan mengharuskan siswa untuk menghafal kaifiyah shalat.

c)      Mengembangkan Kemampuan Sosial
Kegiatan pembelajaran tidak hanya mengoptimalkankemampuan individual siswa secara internal, melainkan juga mengasah kemampuan untuk membangun hubungan dengan pihak lain. Karena itu, kegiatan pembelajaran harus dikondisikan yang memungkinkan siswa melakukan interaksi dengan siswa lain seperti siswa dengan guru, dan siswa dengan masyarakat. Dengan pemehaman ini, guru dapat menerapkan berbagai strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa terlibat dengan pihak lain, misalnya diskusi, pro-kontra, sosiodrama, dan sebagainya. Sebagai contoh, dalam pembelajaran fiqih siswa dapat diberi tugas untuk melakukan abservasi dan membuat laporan tentang pelaksanaan ibadah zakat, baik zakat fitrah maupun zakat mal, di masyarakat. Hasil pengamatan dan laporan itu kemudian dipersentasikan di kelas untuk dibahas bersama.
d)     Mengembangkan Keingintahuan, Imajinasi, Dan Fitrah Bertuhan
Rasulullah saw bersabda bahwa setiap orang lahir dalam keadaan fitrah, orang tuanyalah yang menjadikan ia berubah menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran hendaknya diarahkan pada pengasahan rasa dalam beragama sesuai dengan tingkatan usia siswa. Bagi siswa tingkat MI tentu berbeda dengan tingkat MTs atau MA. Pengembangan aspek ini akan lebih efektif juka langsung dipraktekkan, tidak sekedar secara kognitif saja.
e)      Mengembangkan Keterampilan Pemecahan Masalah
Tolak ukur kepandaian siswa banyak ditentukan oleh kemampuannya untuk memecahkan masalah. Karena itu, dalam proses pembelajaran perlu diciptakan situasi menantang kepada pemecahan masalah agar siswa peka terhadap masalah. Kepekaan terhadap masalah dapat ditumbuhkan jika siswa dihadapkan pada situasi yang memerlukan pemecahannya.
Dalam pembelajaran fiqh, siswa dapat diterjunkan langsung di masyarakat unutk melkukan pengamatan tentang pelaksanaan ibadah shalat, zakat, atau haji.
f)       Mengembangkan Kreatifitas Siswa
Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa setiap siswa lahir dalam keadaan berbeda dan masing-masing mempunyai potensi yang dapat dikembangkan. Karena itu, KP diciptakan sedemikian rupa sehingga membuat setiap siswa optimal potensinya. Karena itu, dalam KP harus dikondisikan agar siswa mempunyai kesempatan dan kebebasan dalam mengambangkan diri sesuai dengan kecenderungan masing-masing. Guru hendaknya berupaya memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya sebanyak mungkin. Sebagai contoh, dalam hal pelaksanaan haji, siswa diminta membuat urut-urutan pelaksanaan ibadah haji mulai dari keberangkatan dari tahan air Indonesia sampai pulang dari tanah suci dengan menggunakan gambar.
g)      Mengembangkan Kemampuan Menggunakan Ilmu Dan Teknologi
Agar siswa tidak gagap terhadap perkembangan Ilmu dan teknologi guru hendaknya mengaitkan materi yang disampaikan dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Hal ini dapat diciptakan dengan pemberian tugas yang mengharuskan siswa berhubungan langsung dengan teknologi, misalnya membuat laporan tentang materi tertentu dari televise, radio, atau internet. Dlam pembelajaran fiqh, siswa dapat diminta mencari data tentang perbankkan syari’ah di internet atau membuat ringkasan tentang kuliah subug di televise yang ada kaitannya dengan puasa, dan sebagainya.
h)     Menumbuhkan Kesadaran Sebagai Warga Negara Yang Baik
Sebagai warga negara Indonesia, KP perlu diciptakan yang dapat mengsah jiwa nasionalisme, tanpa harus menuju semangat kauvinisme. Untuk itu, guru harus membuat banyak contoh yang terkait dengan budaya atau konteks indonesia. Sebagai contoh, siswa diminta membaca tentang UU perkawinan mengenai kewajiban suami istri dan membuat laporan.
i)        Belajar Sepanjang Hayat
Dalam islam, menuntut ilmu diwajibkan bagi setiap orang mulai dari tiang ayunan hingga liang lahat. Manusia pembelajar dalam islam tidak dibatasi oleh usia kronologis tertentu atau sebatas pada jenjang pendidikan formal, namun juga secara informal. Dimanapun berada, setiap orang islam harus dalam semangat mencari ilmu. Untuk itu, guru hendaknya mendorong siswa untuk terus mencari ilmu dimanapun berada, tidak hanya di bangku madarasah saja tapi juga di masyarakat dan keluarga.
j)       Perpaduan Kompetisi, Kerjasama, Dan Solidaritas
Sisiwa perlu konpetisi, kerjasama, dan mengembangkan solidaritasnya. KP perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan semangat konpetisi sehat, bekerjasama dan solidaritas. Untuk menciptakan suasana kompetisi, kerjasama, dan solidaritas kegiatan pembelajaran dapat dirancang dengan strategi diskusi, kunjungan ke tempat-tempat anak jalanan, yatim piatu, atau pembuatan laporan secara berkelompok.
Selain prinsip-prinsip KP, guru juga perlu memperhatikan prinsip-prinsip dalam motivasi. Sementara itu motivasi ekstrinsik, antara lain, dapat dikembangkan dengan memberikan ganjaran atau hukuman. Adapun prinsip-prinsip dalam motivasi adalah:
1)      Kebermaknaan
2)      Pengetahuan dan keterampilan prasyarat
3)      Model
4)      Komunikasi terbuka
5)      Keaslian dan tugas yang menantang
6)      Latihan yang tepat dan aktif
7)      Penilaian tugas
8)      Kondisi dan keonsekuensi yang menyanangkan
9)      Keragaman pendekatan
10)  Mengembangkan beragam kemampuan
11)  Melibatkan sebanyak mungkin Indera
12)  Keseimbangan pengaturan pengalaman belajar

B.   Penyediaan Pengalaman Belajar
Sebagaimana telah dijelaskan pada prinsip KP, bahwa proses pembelajaran akan berjalan lebih efektif ketika siswa diberi kesempatan untuk mempraktekkan meteri yang telah diterimanya. Belajar dengan melakukan lebih efektif daripada dengan mendengar atau melihat. Untuk itu, guru hendaknya lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar dengan melakukan.

C.   Pencapaian Kompetensi
Untuk mendukung pencapaian kompetensi yang ditetapkan, diperlukan dukungan dari berbagai pihak yang berkepentingan dalam pendidikan di madarasah, baik pengelola madarasah, orang tua siswa, tokoh masyarakat, siswa dan terutama guru. Dalam hal ini guru menjadi penentu dalam mencapai keberhasilan pembelajaran, sebab ia dituntut untuk melakukan kreasi agar tercipta suasana belajar yang efektif. Untuk itu, diperlukan tenaga guru yang professional dan mempunyai komitmen tinggi dalam bidang pendidikan di madarasah.
Dengan kata lain, dibutuhkan guru yang professional, dengan cirri-ciri sebagai berikut:
a.       Selalu membuat perencanaan konkrit dan detail yang siap untuk dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.
b.      Berkehendak mengubah pola pikir lama menjadi pola pikir baru.
c.       Bersikap kritis dan berani menolak kehendak yang kurang edukatif.
d.      Berkehendak mengubah pola tindakan dalam menetakan peran siswa, peran guru, dan gaya mengajar.
e.       Berani meyakinkan kepala sekolah, orang tua, dan masyarakat agar dapat berpihak pada mereka terhadap beberapa inovasi pendidikan yang edukatif yang cenderung sulit diterima oleh awam dengan menggunakan argument yang logis dan kritis.
f.       Bersikap kreatif dalam membangun dan menghasilkan karya pendidikan seperti pembuatan alat bantu belajar, analisis materi pembelajaran, penyusunan alat penilaian yang beragam, perancangan beragam organisasi kelas, dan perancangan kebutuhan kegiatan pembelajaran lainnya.




D.   Pengelolaan Kegiatan Pembelajaran
a.      Pengelolaan Siswa dan Kelas
Siswa dalam satu kelas biasanya memiliki kemampuan yang beragam, ada yang pandai, sedang, dan kurang. Selain itu, kursi dan meja siswa dan guru juga perlu ditata sedemikian rupa sehingga dapat menunjang kegiatan belajar mengajar yang dapat mengaktifkan siswa, takni memungkinkan hal-hal sebagai berikut:
Aksesibilitas    : siswa mudah menjangkau alat atau sumber belajar yang tersedia.
Mobilitas           : siswa dan guru mudah bergerak dari satu bagian ke bagian lain dalam kelas.
Interaksi            : memudahkan terjadi interaksi antara guru dan siswa maupun antar siswa.
Variasi kerja siswa: memungkinkan siswa bekerjasama secara perorangan, berpasangan, atau kelompok.
Lingkungan fisik dalam ruang kelas dapat menjadikan belajar aktif. Tidak ada satupun bentuk ruang kelas yang ideal, namun ada beberapa pillihan yang dapat diambil sebagai variasi. Dekorasi interior kelas perlu dirancang yang memungkinkan siswa belajar secara aktif, yakni yang menyenangkan dan menantang.
Formasi kelas ini tidak dimaksudkan untuk menjadi susunan yang permanen, namun hanya sebagai alternative dalam penetaan ruang kelas. Jika meubeler (meja atau kursi) yang ada di ruang kelas dapat dengan mudah dipindah-pindah, maka sangat mungkin menggunakan beberapa formasi ini sesuai dengan yang diinginkan:
1)      Formasi Huruf U: Formasi ini dapat digunakan untuk berbagai tujuan. Para siswa dapat melihat guru dan atau melihat media visual dengan mudah dan mereka dapat saling berhadapan langsung satu sama dengan yang lain.
2)      Formasi Corak Tim: Guru mengelompokkan meja-meja setengah lingkaran di ruang kelas agar memungkinkan siswa untuk melakukan interaksi tim. Guru dapat meletakkan kursi-kursi mengelilingi meja-meja untuk susunan yang paling akrab.
3)      Meja Konferensi: Formasi ini paling baik dilakukan jika meja berbentuk persegi panjang. Susunan ini dapat mengurangi peran dominan guru dan lebih mengutamakan peran penting siswa.
4)      Lingkaran: para siswa hanya duduk pada sebuah lingkaran tanpa meja atau kursi untuk melakukan interaksi berhadap-hadapan secara langsung. Sebuah lingkaran ideal untuk diskusi kelompok penuh.
5)      Kelompok untuk Kelompok: susunan ini memungkinkan guru untuk melakukan diskusi atau untukmenyusun permainan peran, berdebat atau observasi dari aktifitas kelompok.
6)      Tempat Kerja: Susunan ini tepat untuk lingkaran tipe laboratorium, dimana setiap siswa duduk pada tempat untuk mengerjakan tugas tepat setelah didemonstrasikan.
7)      Pengelompokkan Terpisah: Jika kelas cukup besar atau jika ruangan memungkinkan, guru dapat meletakkan meja-meja dan kursi dimana kelompok kecil dapat melakukan aktifitas belajar didasarkan pada tim. Guru dapat menempatkan susunan pecahan-pecahan kelompok saling berjauhan sehingga tim-tim itu tidak saling mengganggu.
8)      Susunan Chevron: Sebuah susunan ruang kelas tradisional tidak memungkinkan untuk melakukan belajar aktif. Jika terdapat banyak siswa dan hanya tersedia beberapa meja, barangkali guru perlu menyusun siswa dalam bentuk ruang kelas.
9)      Kelas Tradisional: Jika tidak ada cara untuk membuat lingkaran dari baris lurus yang berupa meja dan kursi, guru dapat mencoba mengelompokkan kursi-kursi dalam pasangan-pasangan untuk memungkinkan penggunaan teman belajar.
10)  Auditorium: Formasi auditorium merupakan tawaran alternative dalam menyusun ruang kelas. Meskipun bentuk auditorium menyediakan lingkungan yang sangat terbatas untuk belajar aktif, namun hal ini dapat dicoba untuk dilakukan guru guna mengurangi kebosanan siswa yang terbiasa dalam penataan ruang secara konvensional (tradisional)
b.      Persiapan Materi dan Rancangan Pembelajaran
Kegiatan belajar siswa perlu diciptakan yang memungkinkan siswa dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Kegiatan pembelajaran untuk siswa berkemampuan sedang tentu berbeda dengan siswa pandai. Untuk itu, penggunaan variasi strategi pembelajaran sangat ditekankan agar perbedaan kecenderungan yang ada pada siswa dapat diakomodir. Selain itu, kegiatan pembelajaran metinya dirancang tidak hanya berlangsung di ruang kelas, namun juga dapat dilakukan diluar kelas. Untuk itu, mereka perlu diberi kesempatan mengembangkan materi melalui penugasan atau modul. Sebaliknya, bagi siswa yang berkemampuan di bawah rata-rata perlu ada perlakuan khusus agar tidak ketinggalan dengan siswa yang lain.

E.   Pengelolaan Sumber Belajar
Sumber belajar adalah semua sumber yang dapat dipakai oleh siswa, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan siswa lain, untuk memudahkan belajar. Kegiatan pembelajaran akan berjalan lebih optimal jika guru memanfaatkan sumber belajar yang tersedia disekitar madrasah, baik sumber belajar yang dirancang khusus untuk kegiatan pembelajaran (by-design learning resources) maupun sumber belajar yang tersedia secara alami dan tinggal memanfaatkan (by-utilization learning resources). Pengelompokan sumber belajar antara lain, dapat dilihat berikut ini:
a)      Lingkungan Alam
b)      Perpustakaan
c)      Media Cetak
d)     Nara sumber
e)      Karya siswa
f)       Media elektronik
g)      Mencari dan mnganalisis relevansi antara kelompok sumber belajar dengan mata pelajaran yang diampu guru.
h)      Menentukan materi dan kompetensi untuk pembelajaran
i)        Pemanfaatan sumber-sumber belajar dalam pembelajaran

F.    Strategi Pembelajaran
Mengingat belajar adalah proses bagi siswa dalam membangun gagasan atau pemahaman sendiri, maka kegiatan pembelajaran hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan hal itu secara lancar dan termotivasi. Suasana belajar yang diciptakan guru harus melibatkan siswa secara aktif, misalnya mengamati, bertanya dan memepertanyakan, menjelaskan, dan sebagainya. Belajar aktif tidak dapat terjadi tanpa adanya partsipasi siswa. Terdapat berbagai cara untuk membantu proses pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa dan mengasah ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Strategi berikut ini adalah di antara cara yang dapat digunakan oleh guru untuk dapat mengaktifkan siswa:
a.       Strategi Pembelajaran untuk mengaktifkan kelompok
Proses belajar akan lebih efektif jika guru mengondisikan agar setiap siswa terlibat secara aktif dan terjadi siswa satu dengan siswa yang lain.

Berikut ini, beberapa strategi pembelajaran dapat digunakan guru untuk mengktifkan siswa secara kolektif:
(1)   Tim Pendengar (listening team)
(2)   Membuat catatan Terbimbing (guided note taking)
(3)   Pelajaran Terbimbing
(4)   Perdebatan Aktif (active debate)
(5)   Strategi Poin-Kounterpoin
(6)   Strategi menggabung dua kekuatan
(7)   Pertanyaan Kelompok (team quiz)
b.      Strategi Pembelajaran untuk mengaktifkan individu
Dalam mengaktifkan individu, antara lain:
(1)   Strategi membaca dengan keras (reading aloud)
(2)   Setiap Orang adalah Guru (everyone is a teacher here)
(3)   Menulis pengalaman secara langsung







BAB III
KESIMPULAN

Dalam kegiatan belajar mengajar Qur’an-Hadits pengelolaan kurikulum memuat gagasan-gagasan pokok tentang pembelajaran dan pengajaran yang di jadikan sebagai pegangan untuk mencapai kompetensi yang di tetapkan sehingga memuat prinsip-prinsip pokok.
Prinsip dalam motivasi belajar pengalaman belajar tersebut dan membantu guru mempertimbangkan paradikma baru pembelajaran yang lebih menghargai potensi kemanusiaan siswa.











DAFTAR PUSTAKA

Drs. Agus Pahrudin, Strategi Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam di Madarasah: pendekatan teoritis dan praktis, Fakta Press fakultas Tarbiyah, 2006.









                       




























Pengertian Tujuan Sejarah PSIKOLOGI PERKEMBANGAN




DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................. i
Daftar isi............................................................................................ ii
Kata Pengantar................................................................................. iii

Pendahuluan................................................................... 2

Arti Perkembangan ........................................................ 3

Definisi Psikologi Perkembangan................................... 3

Tujuan Mempelajari Psikologi Perkembangan................ 4

Sejarah Singkat Psikologi Perkembangan....................... 5

Istilah Perkembangan dan Pertumbuhan........................ 6

Kesimpulan.................................................................... 9

Daftar Pustaka



Pendahuluan
Pernahkah kita berfikir, apakah hal yang tidak bisa terulang kembali. Ya jawabannya adalah waktu. Karena seorang bijak pernah berkata “Yang paling jauh dari kita adalah waktu, karena kita tidak bisa mengulanginya lagi walaupun hanya satu detik yang lalu.’’ [1]
Dalam hidup, kita selalu berurusan dengan waktu dimana terkadang kita harus berburu dengan waktu untuk dapat menyelesaikan suatu hal. Sudah tak asing di tenglinga kita akan istilah istilah yang mengaitkan waktu. Seperti time is money misalnya. Ini berarti betapa pentingnya waktu dalam kehidupan kita karenanya waktu itu tidak bisa diulangi lagi, maka kita harus dapat memanfaatkannya dengan baik.
Seiring dengan bertambahnya waktu yang kita rasakan dalam kehidupan kita saat ini, tentu bertambah pula usia kita. Coba kita kembali lagi ke belakang. Masih ingatkah kita kapan kita dilahirkan..?, Jawabannya pasti ingat, ya ingatnya dari orang tua kita, katanya kita lahir tanggal segini, bulan ini, jam segini.Bagaiman keadaan kita waktu itu..? tentunya kita masih memerlukan bantuan orang lain dalam segala hal,karena kita waktu itu tidak bisa melakukan apa apa, yang bisa kita lakukan hanyalah menangis.
Kemudian masih ingatkah kita waktu pertama kali kita bersekolah..? Apakah itu di Taman Kanak kanak atau di Sekolah Dasar. Bagaimana keadaan kita dahulu. Waktu akan berangkat sekolah kita minta diantar oleh ayah atau ibu, karena kita pada saat itu belum berani untuk berangkat ke sekolah sendirian. Lalu dengan kesukaan kita waktu itu. Kita selalu menantikan datangnya hari minggu, karena dihari minggu banyak tanyangan film kartun yang sayang kalau kita lewatkan.
Setelah itu bagaimana waktu kita duduk di bangku SMP, dan juga di bangku SMA. Tentu ada banyak hal yang berbeda,yang kita rasakan dahulu dengan sekarang. Lalu sekarang lihatlah diri kita, wow ternyata kita sudah menjadi dewasa kita duduk di bangku kuliah, Ternyata banyak perubahan dalam diri kita yang kita rasakan saat ini. Coba kita buktikan, apakah celana yang kita kenakan pada saat di sekolah dasar masih bisa di pakai oleh kita pada waktu sekarang ini..? dan apakah kita masih suka menonton film kartun pada hari minggu..? Dengan lantang pasti akan anda katakan TIDAK.
Ini membuktikan bahwa, dalam kita menjalani kehidupan ini dari awal hingga akhir nanti kita akan megalami suatu hal yang berbeda pada setiap tingkat nya. Dalam deskripsi diatas terlihat bahwa suatu hal yang berbeda ada pada tingkah laku, dimana kita masih suka menonton film kartun pada hari minggu dan lihat kita sekarang kesukaan seperti itu telah berubah menjadi kesukaan yang lain sesuai dengan usia kita sekarang. Ini menunjukan juga bahwa setiap individu mengalami perkembang dalam hidupnya.  














Pembahasan
A.    Arti Perkembangan
Seperti sudah disingung diatas bahwa setiap individu mengalami perkembangan. Jadi dapat kita tarik kesimpulan dari diskripsi diatas arti dari perkembangan itu sendiri. Tadi dikatakan bahwa waktu dalam dalam kehidupan manusia tidak bisa diulangi lagi. Kemudian setiap manusia mengalami masa masa, mulai dari konsepsi (lahir) hingga dewasa, dan mati, yang di ilustrasikan diatas  pada individu mengenyam jenjang pendidikan. Dan kemudian terdapat perubahan tingkah laku pada setiap jenjangnya. Ini berarti perkembangan adalah suatu proses yang kekal dan tetap menuju terwujudnya hakekat manusia yang lebih tinggi dan berkualitas berdasarkan proses pertumbuhan, kematangan, dan belajar.
Dikatakan sebagai proses karena setiap manusia dalam hidup selalu melakukan sesuatu pada setiap masa nya. Dikatakan kekal dan tetap karena manusia selalu berkembang terus hingga ia mati, dan tetap konsisten untuk selalu melakukannya. Dengan munuju kepada arah tingkatan yang lebih tinggi pada setiap tahapnya, untuk mencapai kematangan yang di dapat dari pertumbuhan dan proses belajar.
B.     Definisi Psikologi Perkembangan
Menurut Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh, Psikologi Perkembangan adalah “Cabang dari Psikologi yang membahas tentang gejala jiwa seseorang baik, yang menyangkut perkembangan atau pun kemunduran prilaku seseorang sejak masa konsepsi hingga dewasa.”[2]
Menurut Dr.H. Syamsu Yusuf LN,M.Pd. Psikologi perkembangan adalah “Salah satu bidang psikologi yang memfokuskan kajian atau pembahasannya mengenai perubahan tingkah laku dan proses perkembangan individu dari mulai masa konspsi (pra natal), sampai mati”.[3]
Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa psikologi perkembangan adalah Cabang dari psikologi yang mempelajari tentang proses perubahan tingkah laku serta perkembangan individu sepanjang masa hidupnya.
C.    Tujuan Mempelajari Psikologi Perkembangan
Seperti telah di kemukakan diatas bahwa, psikologi perkembangan adalah mempelajari tentang proses perubahan tingkah laku serta perkembangan individu sepanjang masa hidupnya. Jadi disiplin ilmu ini di pelajari karena kehidupan individu setiap saat selalu berkembang kearah yang lebih tinggi sepanjang hidupnya. Dengan mempelajari disiplin ilmu ini maka di harapkan dapat mengerti dan paham tentang apa itu psikologi perkembangan. Karena disiplin ilmu ini langsung membahas masalah diri kita sendiri, yang notabene akan, sedang,dan pasti akan kita lalui.
Gejala gejala perubahan tingkah laku manusia berkembang setiap saat. Dan kita pun harus mengerti tentang hal itu.Untuk dapat mengerti maka ilmu psikologi perkembangan ini lah solusinya.
Selain itu juga pada permasalahan permasalahan pada setiap individu harus di carikan solusinya. Temuan penelitian menunjukan problem terbesar pada umur remaja (umur yang paling rawan terhadap dampak negatif) ialah kuranganya pengertian terhadap remaja. Orang tua sering di kejutkan dengan perubahan secara tiba tiba, misalnya yang tadinya patuh menjadi tidak patuh. Dan masih banyak hal yang patut kita ketahui tentang dunia perkembangan apakah yang mempengaruhinya untuk berbuat seperti itu apakah di lingkungan sekolah,atau keluarga.
Maka dengan memahami psikologi perkembangan orang tua, pendidik, guru, akan dapat melihat bahwa pertumbuhan psikis yang akan membawa individu kearah dewasa. Pada satu saat akan bebas berfikir, berpendapat dan berperasaan serta tidak ingin di perintah oleh siapapun. Kesalahpahaman anatara orang tua, pendidik, dengan individu yang sedang mengawali proses perkembangannya akan terjadi apabila tahap dan tugas perkembangan tidak di pahami.  
D.    Sejarah Psikologi Perkembangan
Perhatian dan pengamatan terhadap anak anak dimulai oleh para filsuf. Sebenarnya sudah sejak abad ke – 5 sebelum masehi. Contohnya Aristoteles, orang yang menghendaki pendidikan agar menciptakan kehidupan nasional sehingga ia menitikberatkan perkembanganb individu. Ini berarti perhatian mengenai perkembangan anak sudah ada sejak abad para filusuf. Oleh karenanya pemikiran ini ada pada zaman filusuf, maka masih bercampur dengan ilmu filsafat (induk dari segala ilmu), belum menjadi disiplin ilmu sendiri seperti sekarang ini.
Pada akhir abad ke 18 psikologi perkembangan menyusul sebagai disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Diawali dengan munculnya aliran philantopinisme, adalah suatu paham yang mencintai sesama manusia terutama terhdap anak anak. Aliran ini didirikan oleh Johan Bernhard Basedow,[4] ilmuan Jerman.
Dengan diawali oleh Bernard Baesedow ini lah maka muncul ilmuan ilmuan lain didunia yang giat mengadakan penulisan tentang gejala pekembangan anak.
Contohnya di Indonesia, yang kita kenal adalah bapak Ki. Hajar Dewantara, buah karya yang kita kenal lewat sejarah adalah mendirikan Sekolah Taman Siswa. Yang menampung banyak anak anak dari semua kalangan agar menuntut ilmu disana. Hal ini menunjukan bahwa Ki. Hajar Dewantara , memperhatikan anak anak. Agar anak anak yang sedang berkembang dapat cerdas. Atau dengan kata lain untuk mencerdaskan anak bangsa, leawat pendidikan sejak kecil.
Saat ini Psikologi perkembangan telah sampai kepada kita. Ilmu ini tidak hanya di pelajari oleh mahasiswa/I jurusan Psikologi saja tetapi juga dipelajari oleh selain pada jurusan psikologi, contohnya kita saat ini di Program Studi Pendidikan Agama Islam. Dan ilmu ini sekarang sudah menjadi ilmu yang mandiri.
Sedangkan di negara Negara lain ilmuan yang meneliti tentang perkembangan individu adalah:
a.       Jerman : Pasangan suami istri Wiliam Stern dan Clara Stern dalam bukunya Psychologi der Pruchen Khindeit (Psikologi anak pada usia sangat muda) 1914
Charlotre Buhler dan suaminya Karl Buhler dengan bukunya Kindheit und Jugend ( Masa anak anak muda) 1928
b.      Inggris : Herbert Spencer dengan bukunya The Principles of Psikology (Prinsip prinsip Psikologi).[5]
c.       Dll

E.     Istilah Pertumbuhan dan Perkembangan
a.       Pertumbuhan
Tumbuh adalah berbeda dengan berkembang. Pribadi yang tumbuh mengandung arti yang berbeda dengan arti yang berkembang. Oleh kerena itu dibedakan antara timbuh dan berkembang. Dalam pribadi manusia, baik yang jasmaniah maupun yang rohaniah terdapat dua bagian yang berbeda sebagai kondisi yang menjadikan pribadi manusia berubah menuju kearah kesempurnaan. Dua bagian kondisional pribadi manusia itu adalah meliputi :
1.      Bagian pribadi material yang kuantitatif
2.      Bagian pribadi fungsional yang kualitatif
Kenyataan itulah yang melahirkan perbedaan antara pertumbuhan dan perkembangan..Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan yang kuantitatif pada material sesuatu sebagai akibat dari adanya pegaruh lingkungan. Perubahan kuantitatif dapat berupa pembesaran atau penambahan, tidak ada menjadi ada, dari kecil menjadi besar, dan dari sedikit menjadi banyak dan sebagainya. Contohnya adalah berat badan, tinggi badan, usia dll. Tetapi ini tidak berarti bahwa pertumbuhan ini berlaku hanya pada bagian yang kuantitatif saja, karena tidak selamanya material itu kuantitatif Material dapat terdiri dari bahan bahan kuantitatif seperti misalnya atom, sel, kromosom dan dapat pula material terdiri dari bahan bahan kualitatif seperti missal keinginan, ide, pengetahuan, dll. Jadi material ini dapat terdiri dari kualitas maupun kuantitas.
Dari uraian di atas dapatlah kita merumuskan arti pertumbuhan pribadi sebagai perubahan kuantitatif pada material pribadi seperti : sel, kromosom butir darah, lemak, adalah tidak dapat dikatakan berkembang, melainkan bertumbuh. Begitu juga material pribadi seperti kesan, keinginan, ide, pengetahuan, nilai. Selama tidak dihubungkan dengan fungsinya tidak dapatdikatakan berkembang melainkan bertumbuh.   
b.      Perkembangan
Perkembangan merupakan suatu perubahan, dan perubahan ini tidak bersifat kuantitatif, melainkan kualitatif. Perkembangan tidak di tekankan pada segi material, melainkan pada segi fungsional. Dari uraian ini, perkembangan dapat di artikan sebagai perubahan kualitatif daripada fungsi- fungsi.
Perubahan suatu fungsi adalah di sebabkan oleh adanya suatu proses pertumbuhan material yang memungkinkan adanya fungsi itu. Dan disamping itu di sebabkan oleh karena perubahan tingkah laku hasil belajar. Fungsi fungsi kepribadian manusia berhubungan dengan aspek jasmaniah dan aspek kejiwaan.
Fungsi fungsi kepribadian yang jasmaniah misalnya:
-          Fungsi motorik pada bagian tubuh
-          Fungsi sensorik pada alat alat indera
-          Fungsi neurotic pada system syaraf
-          Fungsi pernapasan pada alat pernapasan
Fungsi fungsi kepribadian yang bersifat kejiwaan misalnya :
-          Fungsi perhatian
-          Fungsi pengamatan
-          Fungsi tahapan
-          Fungsi ingatan
-          Fungsi pikiran
-          Fungsi perasaan
Setiap fungsi, baik jasmani maupun kejiwaan, dapat mengalami perubahan. Perubahan pada fungsi fungsi tersebut tidak secara kuantitatif, melainkan lebih bersifat kualitatif. Perubahan yang kualitatif tidak dapat dikatakan tidak dapat dikatakan sebagai pertumbuhan, melainkan sebagai perkembangan. Oleh karena perkembangan menyangkut berbagai fungsi, baik jasmaniah maupun rohaniah, maka akan salah apabila kiata beranggapan bahwa perkembangan adalah semata mata sebagai perubahan atau proses psikologis.
Sebenarnya istilah perkembangan dan pertumbuhan ada kesamaanya yaitu setidak tidaknya ke dua istilah tersebut menunjukan ke depan (taraf yang lebih tinggi) Serta tidak dapat begitu saja diulang kembali. 










Kesimpulan
Perkembangan adalah suatu proses yang kekal dan tetap menuju terwujudnya hakekat manusia yang lebih tinggi dan berkualitas berdasarkan proses pertumbuhan, kematangan, dan belajar.
Psikologi perkembangan adalah, cabang dari psikologi yang mempelajari tentang proses perubahan tingkah laku serta perkembangan individu sepanjang masa hidupnya
Ilmu psikologi perkembangan sudah ada sejak zaman filusuf.Lalu pada akhir abad ke 18 psikologi perkembangan menyusul sebagai disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Diawali dengan munculnya aliran philantopinisme, adalah suatu paham yang mencintai sesama manusia terutama terhdap anak anak. Aliran ini didirikan oleh Johan Bernhard Basedow, ilmuan Jerman. Dan setelah itu berkembang di seluruh dunia




DAFTAR PUSTAKA

§  Ahmadi Abu,dkk; 2005;Psikologi Perkembangan; Jakarta; Rineka Cipta
§  Yusuf,Syamsu; 2004 ; Psikologi Perkembangan anak & remaja; Bandung; Putra Rosdakarya.
§  Psikologi Perkembangan « Konseling Center Indonesia.htm(1-4-2011)
Ibadurahman Education (sms premium 25-03-2011




[1] Ibadurrahman education sms premium (25-03-2011).
[2]. Abu Ahmadi & Munawar Saleh,Psikologi Perkembangan, Jakarta, Rineka Cipta,2005,h.4.

[3] Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2004,h.3
[4] Abu Ahmadi & Munawar Saleh,Psikologi Perkembangan, Jakarta, Rineka Cipta,2005,h.11
[5] Psikologi Perkembangan « Konseling Center Indonesia.htm(1-4-2011)